Halaman

Selasa, Maret 13, 2012

Pandangan Ibnu Rusyd Tentang Akal Dan Wahyu

Ibnu Rusyd adalah salah satu pelaku sejarah yang pernah merasakan pahitnya ia di asingkan, karya-karyanya dibakar Cuma hanya pikirannya yang berbeda dengan para fuqoha yang berafilisasi dengan kekuasaan saat itu. padahal Ibnu Rusyd telah membangkitkan lagi kejayaan umat Islam yang telah lama tidur karena ajaran Al-Ghazali lewat doktrin tasawufnya di dunia belahan timur. Setelah lama masyarakat tertidur, kurang lebih 15 thun setelah Al-Ghazali Wafat lahirlah sang pencerah dari negeri Andalusia (Spanyol). Beliau membangun islam di belahan dunia barat dengan doktrin pemikiran bebasanya. Mungkin bisa kita lihat hasilnya saat ini, dunia barat lebih Berjaya daripada dunia timur, salah satu yang membuat barat bisa seperti itu juga karena ajaran Ibnu Rusyd. Bahkan pengikut ajarannya yang kemudian dikenal dengan nama Averoes menjalar kemana-mana tidak hanya dikalangan umat Islam saja melainkan non Islam, termasuk Yahudi. Barat sudah menikmati hasilnya sedangkan umat islam di timur masih saja bergelut dengan saling ejek-ejekan, wahabi, sunni, Syiah, NU, Muhammadiyah dll saling bermusuhan. Barat sudah bisa membuat mobil, motor, kapal, sedangkan kita masih saja dalam tahap pembuatan bakwan dan mendoan.

Bukan maksud menghina dunia timur akan tetapi memang realita membuktikan itu, focus batsul masail-masail yang sering dilakukan oleh kita didominasi dengan persoalan-persoalan yang bersifat hablum minallah. Hal inilah yang membuat cara pandang masyarakat bahwa yang dinamakan ibadah ya Cuma kegiatan-kegiatan yang dilakukan didalam masjid atau kegiatan-kegiatan yang berbau ke-Arab-araban. Sedangkan kegiatan yang lain seperti diskusi tentang keilmuan, ekonomi apalagi diskusi tentang pergerakan, bukan masuk dalam kategori ibadah apalagi jika sudah memasuki ranah filsafat harus siap kalau dicap sebagai kafir dan sesat. Karena filsafat dipandang sebagai ilmu yang keluar dari konteks ajaran yang sudah digariskan oleh Alqu’an dan Ajaran Nabi Muhammad.

Filsafat ibnu Rusyd

Filsafat ibnu Rusyd merupakan filsafat yang bijak, karena tidak memposisikan filsafat diatas otoritas agama, melainkan meletakkan agama diatas otoritas akal. Filsafat meneliti seluruh seluk beluk syari’at, jika dipahami kita akan mendapatkan dua pengetahuan dan itu lebih baik, namun jika tidak dipahami karena keterbatasan akal manusia, maka hanya syari’at yang mengetahui hakikatnya. Bukan hanya sampai disini saja sifat bijak yang mengalir dari ajarannya, bahkan beliau memperbolehkan bahkan menganjurkan orang muslim belajar dengan orang non muslim kalau memang non muslim lebih pintar dari kita.

Jelas ini memberikan kritiikan pedas bagi para ulama (Ortodok) yang mengharamkan belajar kepada bangsa barat, padahal bangsa barat lebih cerdas daripada kita. Seharusnya yang dilihat bukan orang dan agamanya melainkan apa yang dikatakannya. Perlu dikatehaui Ibnu Rusyd merupakan penganut ajaran Aristoteles, bahkan ia dilabeli sebagi komentator Aristoteles. Kehebatannya memanglah sangat diakui dipenjuru dunia, dan bangsa Eropa saat itu mengakui semenjak Spanyol dibawah kepemimpinan umat Islam telah jauh meninggalkan Negara-negara tetangganya baik dalam bidang pemikiran maupun bangunan. Bisa seperti itu karena tidak bisa lepas dari seorang Ibnu Rusyd, bahkan ajarannya juga memberi pengaruh pada renaissance di Eropa. pemikiran Ibnu Rusyd didikung oleh pemerintahan pada saat itu yang dipimpin oleh Abu Ya’cub yang gemar dengan dunia filsafat, keadaan yang tentram dan damai itu berubah menjadi 180 derajad sejak kematian Abu Ya’cub dan diganti dengan Anaknya Abu Yusuf al Masur yang tidak menyukai filsafat. Karena adanya kecemburuan para fuqoha yang tidak pernah menempati posisi penting di kerajaan dan ingin mencapai posisi itu maka Raja dipengaruhinya untuk mengasingkan Ibnu Rusyd dan membakar karya-karyanya. Para Fuqoha yang seharusnya mengayomi ternyata malah menjadi biadab, mungkin kalau dizaman sekarang seperti sekolompok oramas yang sering menggunakan seragam putih-putih dalam menjalankan tugasnya (memukuli orang, membakar rumah bahkan sampai membunuh).

Perbuatan seperti itu malah bisa memojokan peran Ulama dalam kehidupan masyarakat, karena dianggap hanya bisa memunculkan dua pemikiran saja, yaitu Halal dan Haram, jika halal maka perlu dijalankan dan jika Haram maka, wajib disingkirkan bahkan dihancurkan dengan membabi buta.

Akal dan Wahyu

yang lebih menarik dari ajaran Ibnu Rusyd adalah tentang akal dan wahyu. Akal merupakan simbul dari kekuatan ilmu filsafat sedangkan wahyu simbol dari agama. Kedua bidang ilmu oleh kebanyakan orang awam merupakan disiplin ilmu yang tidak bisa hidup berdampingan bahkan oleh Al-Ghozali para filsof dianggapnya sesaat alias “keblinger” untuk membentengi agama dari para pemikir yang berpegang dengan ilmu filsafat ia memunculkan kitab yang bernama Tahafut al-falasifah.

Dengan hadirnya kitab itu seolah-olah Imam Al-Ghozali ingin mengajak semua umat muslim untuk Berjalan menuju ke aliran Tasawuf. Orang yang mempelajari tasawuf disebut sebagai murid dan gurunya dijuliki sebagai syekh. Kedudukan murid persis seperti mayat ditangan orang yang memandikannya. Sebab syekh-lah yang mengerti semua penyakit rohani yang diderita oleh muridnya itu. pendidikan seperti ini merupakan pendidikan yang akan cocok dgunakan pada zaman dahulu, yang dimana pendidikan digunakan untuk melakukan perlawanan penjajah. Namun zaman sekarang pendidikan bukan untuk alat perlawanan -dalam bentuk perjuangan pragtis, angkat senjata dan siap mati- melainkan sebagai alat untuk mencerdasakan. Jadi kitab metode belajar yang tertulis dalam kitab taklim mutakallim juga harus mulai dirubah, idealnya metode yang digunakan seperti klien dengan konsultan.

Tasawauf bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai kebenaran yang hakiki karena ternyata tasawuf juga bisa menghantarkan manusia kedalam kesesatan juga. Tasawuf merupakan ilmu olah batin kalau tidak terkendali juga akan melecehkan olah pikir yang merupakan ciri intelektualitas yang kritis. Mungkin pada awalnya tasawuf mempunyai tujuan untuk membersihkan akhlaq dan melatih diri dengan mengamalkan ajaran keagamaan, sampai sini baik. Namun ketika waktu berganti dengan waktu para tokoh yang berkecimpung dalam ilmu ini akan membuat syarat-syarat yang berat yang sulit dijangkau oleh semua orang. Padahal ajaran Islam tidak pernah mempersulit siapaun untuk mempelajari ilmu.

Disinalah letak kelemahan tasawuf, tidak ada ilmu yang sempurna, yang berdiri sendri karena setiap ilmu akan ditopang dengan ilmu yang lain. Filsafat dan Agama bisa saja hidup berdampingan, Akal dan wahyu adalah sama-sama anugerah dari Allah, wahyu tidak akan bisa berjalan tanpa akal yang menggerakannya. Jika Agama merupakan alat untuk mengajarkan tentang kebaikan maka, filsafat juga demikian karena mengajarkan tentang kebajikan.

Wahyu akan sangat menjemukan dan kaku jika tidak ada akal yang menafsirkannya secara kontekstual, sesuai dengan perkembangan zaman.memang kata “aql” sebagai kata benda memang tidak ada dalam al-qur’an, karena yang berda dalam wahyu Allah itu akal sebagai kata kerja saja sebagai fi’il madly maupun fi’il mudhlari. Jika kita menganut ajaran yang kaku dan semua harus berdasarkan Wahyu maka, akal tidaklah karunia allah (karena tidak ada dalam al-qur’an). Tetapi kalau menggunakan rasio yang jernih maka akal adalah karunia Allah, karena akal berada dalam susunan tubuh manusia dan manusia adalah ciptaan tuhan. Oleh karena itu jangan sekali-kali menolak ilmu yang berdasarkan rasio seseorang, kalau menolaknya berarti juga sama dengan menolak keajaiban anugrah Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan di tunggu komentarnya demi memperbaiki blog ini!!!