Halaman

Rabu, Maret 07, 2012

Nilai Sebuah Pertemuan

.Nilai sebuah pertemuan bukan di lihat dari gelamornya tempat seperti di taman,mall,seremonial atau apalah lainnya,dan bukan karena lamanya masa ,akan tetapi agung dan berartinya nilai sebuah pertemuan itu di lihat dari manfaatnya yaitu antara lain semakin kenal dan merekatnya rasa persaudaraan dus hikmah bertambahnya pengetahuan,poin inilah yang banyak merubah watak individu,siapa sangka sebelumnya seorang Kartini yang punya pengalaman dan pemikiran kelam tentang Islam tapi setelah bertemu Kyai Soleh Darat mendadak memuji,merasa tentram dalam naungan Islam.Lihat *surat Kartini kepada Stella,6 November 1890 ,

agamaku Islam, aku harus“Mengenai menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain.Lagi pula sebenarnya agamaku Islam karena nenek moyangku Islam.Bagaimana aku dapat mencintai agamaku,kalau aku tidak mengerti,tidak boleh memahaminya?!? Quran terlalu suci,tidak boleh di terjemahkan ke dalam bahasa apapun,Disini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab,di sini orang diajarkan membaca Quran tapi tidak mengerti apa yang di bacanya*.

Separah itulah Islam di mata pemeluknya waktu itu,wajar ,karena Belanda waktu itu sedang gencarnya membodohi rakyat Indonesia dengan berbagai cara dus di berbagai sektor.

Ditengah keterombang-ambingan pikirannya, jiwa Kartini masih kuat untuk mencari kebenaran,terbukti ketika berkunjung ke rumah pamannya yang waktu itu sedang berlangsung pengajian bulanan,setelah selesai acara dg mendesak pamannya agar ikut menemaninya menemui Kyai Soleh untuk menanyakan sehubungan ketidakpuasan pengalamannya pada Islam.

“Kyai ,perkenankanlah saya menanyakan,bagaimana hukumnya bila seorang yang berilmu tapi dia menyembunyikan ilmunya?” Sambil tertegun Kyai soleh balik bertanya,”mengapa raden ajeng Kartini bertanya seperti itu?

“Bapak Kyai,, baru kali ini aku sempat mengerti makna dan arti surat induk AlQuran yang isinya begitu menggetarkan sanubari,tapi aku heran mengapa para alim melarang keras penerjemahan Al-Quran ?”,bukankah kitab itu pimpinan manusia bahagia. Rupanya Kyai Soleh tergugah untuk menerjemahkan Al-Quran,di hari pernikahan Kartini itu Kyai Soleh menghadiahkan terjemahan Al-Quran yang terdiri dari juz 1 sampai juz 13 kepada Raden Ajeng Kartini.

Kartini menampakan kehanifan setelah ia mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. “Moga-moga kami dapat rahmat ,bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam sebagai agama yang patut di sukai”.surat Kartini kepada Ny.Van Kol,21 Juli,1902.

Beliau sempat mencela pola kehidupan bangsa barat “Sudah lewat masanya,tadinya kami mengira masarakat Eropa itu benar satu-satunya yang baik,maafkan kami,tetapi apakah ibu sendiri menganggap masarakat Eropa sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hak indah masarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tak patut di sebut sebagai peradaban?”.kepada Ny. Abendanon ,27 0ktober 1902 dari KARTINI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan di tunggu komentarnya demi memperbaiki blog ini!!!

Label

Diberdayakan oleh Blogger.